Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK

Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK - Hallo sahabat Pembelajaran PJOK, Pada kali ini kita memberikan info menarik tentang Pembelajaran yang berjudul Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK, saya telah menyediakan artikel artikel menarik tenatang Pembelajaran PJOK tentunya mudah-mudahan isi postingan yang saya tulis ini dapat anda memberikan maanfaat bagi yang membacanya.

Tentang : Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK
Apa yang terjadi : Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK

lihat juga


Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK


1)    Prosedur Pembelajaran dengan Gaya Komando
a)    Semua keputusan pra-pertemuan dibuat oleh guru
(1)      Pokok bahasan
(2)      Tugas-tugas
(3)      Organisasi
(4)      Dan lain-lain
b)   Semua keputusan selama pertemuan berlangsung dibuat oleh guru:
(1)      Penjelasan peranan guru dan siswa
(2)      Penyampaian pokok bahasan
(3)      Penjelasan prosedur organisasi
(a)  Regu, kelompok
(b)  Penempatan dalam wilayah kegiatan
(c)   Perintah yang harus diikuti
c)    Urutan kegiatan
(1)      Peragaan
(2)      Penjelasan
(3)      Pelaksanaan
(4)      Penilaian
d)   Keputusan pas­ca-pertemuan
(1)      Umpan balik kepada siswa,
(2)      Sasarannya: harus memberi  banyak waktu untuk pelaksanaan tugas.

2)    Prosedur Pembelajaran dengan Gaya Latihan
Dalam gaya latihan, ada beberapa keputusan selama pertemuan berlangsung yang dipindahkan dari guru ke siswa. Pergeseran keputusan ini memberi peranan dan perangkat tanggungjawab baru kepada siswa.
a)    Lembaran tugas atau kartu gaya latihan dibuat untuk meningkatkan efisiensi gaya latihan. Ini dapat didesain untuk ditempatkan didinding atau dibuat untuk masing-masing siswa.
(1)      Membantu siswa untuk mengingat tugasnya (apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya).
(2)      Mengurangi pengulangan penjelasan oleh guru.
(3)      Mengajar siswa tentang bagaimana mengikuti tanggung jawab tertulis untuk menyelesaikan tugas-tugas.
(4)      Untuk mencatat kesempatan mengabaikan peragaan dan penjelasan oleh siswa, dan kemudian guru harus menyisihkan waktu lagi untuk mengulangi penjelasan yang telah diberikan. Manipulasi siswa secara demikian akan mengurangi interaksi guru dalam:
(a)    meningkatkan tanggung jawab siswa,
(b)   guru mengarahkan perhatian siswa kepada keterangan di lembaran tugas dan pada tugas-tugas lain yang harus dilakukan.
b)   Desain lembaran tugas
(1)      Berisi keterangan yang diperlukan mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, dengan berfokus pada tugas.
(2)      Merinci tugas-tugas khusus
(3)      Menyatakan banyaknya tugas”
(a)    Ulangan
(b)   Jarak
(4)      Memberi arah bagi siswa dalam melaksanakan tugas.
(5)      Kriteria yang didasarkan atas hasil yang dapat diketahui dan dilihat oleh siswa.
c)    Rencana keseluruhan pelajaran
(1)      Memberikan rencana keseluruhan untuk episode-episode (unit-unit) yang akan diajarkan.
(2)      Kalau lembaran tugas telah merinci tugas-tugas bagi siswa, maka rencana pelajaran yang akan diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang akan diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang diberikan oleh guru tentang semua keterangan yang diperlukan untuk memimpin kelas.
(3)      Apabila kelak Anda akan mengajar di kelas ini Anda perlu merencanakan pelajaran dan lembaran tugas bagi siswa.
(4)      Lembaran tugas terlampir dapat dipakai sebagai contoh format.
(5)      Komponen-komponen Rencana Pelajaran terdiri dari :                         
(a)    Rencana: tanggal, waktu, nama: semua harus jelas.
(b)   Tekanan pelajaran: harus disebutkan semua kegiatan yang akan diajarkan.
(c)    Peralatan: semua yang diperlukan dalam pelajaran.
(d)   Alat bantu mengajar: apa yang dibutuhkan guru selain alat-alat kegiatan seperti proyektor, lembaran tugas, dan lain-lain.
(e)   Sasaran penampilan: dinyatakan dengan jelas dengan memakai istilah-istilah penampilan (operasional) tentang apa yang diharapkan untuk dapat dilakukan pada akhir pelajaran.
(f)     Penilaian  penampilan: bagaimana mengukur sasaran yang telah dicapai.
(g)    Nomor sasaran: Penjelasan harus sesuai dengan sasaran penampilan yang dimaksud.
(h)   Isi = kegiatan: Prosedur = peragaan, penjelasan, Organisasi = pengaturan peralatan dan siswa, langkah-langkah dalam tiap episode, Diagram = Memperlihatkan pengaturan logistik.
(i)      Waktu yang diperkirakan: beberapa  banyak waktu yang diperlukan untuk setiap komponen pelajaran.
(j)     Butir-butir pelajaran penting: petunjuk bagi guru tentang konsep, pemikiran dan keterangan, untuk ditekankan dan jangan lupa untuk dimasukkan.

3)    Prosedur Pembelajaran Dengan Gaya Resiprokal
Dalam gaya mengajar resiprokal, tanggung jawab memberikan umpan balik bergeser dari guru ke teman sebaya. Pergeseran peranan ini memungkinkan: Peningkatan interaksi sosial antara teman sebaya dan umpan balik langsung.
a)    Dalam gaya resiprokal ada tuntutan-tuntutan baru bagi guru dan pengamat.
(1)      Guru harus menggeser umpan balik kepada siswa (a).          
(2)      Pengamat harus belajar bersikap positif dan memberi umpan balik.
(3)      Pelaku harus belajar menerima umpan balik dari teman sebaya ini memerlukan adanya rasa percaya.
b)   Keputusan-keputusan
(1)      Sebelum pertemuan:
Guru menambahkan lembaran desain kriteria kepada pengamat untuk dipakai dalam gaya ini.
(2)      Selama pertemuan:
(a)    Guru menjelaskan peranan-peranan baru dari pelaku (p) dan pengamat (a).
(b)   Perhatian bahwa pelaku berkomunikasi dengan pengamat dan bukan dengan guru.
(c)    Jelaskan bahwa peranan pengamat adalah untuk menyampaikan umpan balik berdasarkan kriteria yang terdapat dalam lembaran yang diberikan.
(3)      Sesudah pertemuan:
(a)    Menerima kriteria
(b)   Mengamati penampilan pelaku
(c)    Membandingkan dan mempertentangkan penampilan dengan kriteria yang diberikan.
(d)   Menyimpulkan apakah mengenai penampilan benar atau salah.
(e)   Menyampaikan hal-hal mengenai penampilannya kepada pelaku.

4)    Prosedur Pembelajaran dengan Gaya Periksa Sendiri
Dalam Gaya Periksa Sendiri (self check), lebih banyak keputusan yang digeser ke siswa. Kepada siswa diberikan keputusan sesudah pertemuan, untuk menilai penampilannya.
Gaya memungkinkan siswa menjadi lebih mandiri dalam melaksanakan tugasnya. Keputusan dari Gaya Latihan dipertahankan, dan keputusan tentang penilaian dalam Gaya Resiprokal bergeser dari mengamati teman sebaya ke mengamati diri sendiri.
a)    Dalam gaya ini, siswa menjalankan tugas dengan menyamakan dan membandingkannya dengan kriteria yang telah ditentukan oleh guru. Hal ini merupakan tanggung jawab baru bagi siswa, untuk menganalisis dan menilai tugasnya.
b)   Keputusan sebelum pertemuan
Guru membuat keputusan ini menyusun lembaran kriteria.
c)    Keputusan pada saat pertemuan berlangsung
(1)      Menjelaskan tujuan gaya ini kepada kelas
(2)      Menjelaskan peranan siswa dan tekanan penilaian diri.
(3)      Menjelaskan peranan guru
(4)      Menjelaskan tugas dan logistik
(5)      Tentukan parameter-parameternya.
d)   Keputusan sesudah pertemuan
(1)      Mengawasi pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh siswa
(2)      Mengawasi penggunaan lembaran kriteria
(3)      Mengadakan pembicaraan secara perorangan mengenai kecakapan dan ketepatan dalam menggunakan proses periksa sendiri.
(4)      Di akhir pertemuan, berikan umpan balik secara umum.

5)    Prosedur Pembelajaran dengan Gaya Cakupan/Inklusi
Gaya mengajar “Inklusi” (cakupan) memperkenalkan berbagai tingkat tugas. Sementara gaya komando sampai dengan gaya periksa sendiri menunjukkan suatu standar tunggal dari penampilan, maka gaya ”inclusion” memberikan tugas yang berbeda-beda. Dalam gaya ini, siswa didorong untuk menentukan tingkat penampilannya.
Suatu contoh yang menggambarkan contoh dari gaya ini dapat dilihat pada penggunaan tali untuk melompat. Jika tali direntangkan setinggi satu meter dari tanah, dan setiap siswa diminta untuk melompatinya, maka semua akan berhasil. Akan tetapi keberhasilan ini tidak diperoleh semua siswa dengan tingkat kesulitan yang sama. Sebagian siswa dapat melompatinya dengan mudah, sedang sebagian lagi harus mengerahkan kemampuannya untuk dapat melompatinya.
Bila ketinggian tali tadi dinaikkan, maka kesulitannya dalam tugas akan meningkat dan akhirnya akan menyebabkan makin sedikit jumlah siswa yang akan berhasil dalam penampilannya. Ini berarti kita telah memberikan suatu standar tunggal bagi semua siswa, dan banyak siswa yang akan dikeluarkan dengan menaikkan tingkat kesulitan dari tugas tersebut.
Sekarang, jika tali tadi direntangkan miring dan para siswa diperintahkan untuk melompat, para siswa akan menyebarkan diri sepanjang rentangan tali tadi pada berbagai ketinggian. Hal ini akan memungkinkan para siswa untuk menyesuaikan kemampuannya dengan ketinggian tali tadi.
a)    Menjelaskan gaya ini kepada siswa
b)   Satu demonstrasi dengan menggunakan tali yang miring akan memberikan ilustrasi yang sangat baik,
c)    Siswa disuruh memulai
d)   Memberi umpan balik kepada siswa tentang peranan siswa dalam pengambilan keputusan, dan bukan penampilan tugas.
(1)      Tanyakan bagaimana mereka memilih tugas-tugas ini.
(2)      Fokuskan perhatian pada penggunaan umpan balik yang netral, agar siswa dapat mengambil keputusan tentang tingkat tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
(3)      Amati kesalahan-kesalahan dalam penampilan siswa dan kriteria untuk penampilan dalam tugasnya.

6)    Prosedur Pembelajaran dengan Gaya Penemuan Terpimpin
Gaya inklusi (cakupan) merupakan gaya yang terakhir dari kelompok gaya yang memusatkan perhatian pada pengembangan keterampilan fisik daripada siswa. Saluran tekanan dalam gaya komando sampai dengan gaya inclusion yang akan kita bahas, adalah gaya penemuan terpimpin (konvergen) dan gaya Divergen (berlainan), yang penekanannya terpusat pada perkembangan kognitif. Mosston menyatakan bahwa dengan menggunakan strategi-strategi mengajar tersebut ini, maka kita telah melampaui “ambang penemuan”.
Gaya penemuan terpimpin ini disusun sedemikian rupa, sehingga guru harus menyusun serangkaian pertanyaan-pertanyaan yang menurut adanya serangkaian jawaban-jawaban yang disusun guru ini hanya ada satu jawaban saja yang dianggap benar. Rangkaian pertanyaan-pertanyaan tersebut harus menghasilkan serangkaian jawaban-jawaban yang mengarah kepada penemuan konsep-konsep, prinsip atau gagasan-gagasan.
a)    Dalam menyusun pertanyaan bagi siswa, guru harus mengenali prinsip, gagasan, atau konsep yang akan ditemukan. Kemudian guru menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan membawa siswa ke rangkaian tanggapan yang menuju kepada gagasan tersebut. Untuk hal ini perlu dimulai dari jawaban akhir, terus mundur sampai kepada pertanyaan.
b)   Dalam situasi mengajar yang sesungguhnya, guru harus mengikuti prosedur berikut:
(1)      Menyampaikan pertanyaan sesuai dengan susunan.
(2)      Beri waktu untuk jawaban dari siswa
(3)      Berikan umpan balik (netral atau menilai) mengarahkannya lagi.
(4)      Ajukan pertanyaan berikutnya
(5)      Jangan berikan jawaban
(6)      Bersikap sabar dan menerima
c)    Merencanakan:
(1)      Mengenali pokok bahasan yang khusus
(2)      Menentukan urutan langkah-langkah (pertanyaan dan petunjuk) menuju ke hasil akhir.
(a)    Setiap langkah didasarkan atas jawaban sebelumnya.
(b)   Perlu mengharapkan kemungkinan jawaban yang akan diberikan oleh siswa, dan mengarahkan kembali jawaban yang tidak tepat.
d)   Yang harus dilakukan dengan jawaban yang tidak benar:
(1)      Ulangi pertanyaan/petunjuknya. Kalau masih salah, ajukan pertanyaan lain yang menguatkan/menjabarkannya.
(2)      Beri waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban.

7)    Prosedur Pembelajaran dengan Gaya Divergen
Gaya mengajar Divergen merupakan suatu bentuk pemecahan masalah. Dalam gaya ini siswa memperoleh kesempatan untuk mengambil keputusan mengenai suatu tugas yang khusus di dalam pokok bahasan. Gaya ini memungkinkan jawaban-jawaban pilihan. Ini berbeda dengan gaya penemuan terpimpin, yang pertanyaan-pertanyaannya disusun untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang konvergen.
Gaya ini disusun sedemikian rupa sehingga suatu masalah pertanyaan atau situasi yang dihadapkan kepada siswa akan memerlukan pemecahan. Rancangan-rancangan yang diberikan akan membimbing siswa untuk memenuhi pemecahan atau jawaban secara individual.
a)    Mula-mula, mungkin perlu menyakinkan siswa bahwa gagasan dan pemecahan mereka akan diterima. Seringkali siswa sudah terbiasa dengan mereka diberitahu tentang apa yang harus mereka lakukan, dan tidak diperkenankan untuk menemukan sendiri jawaban-jawaban  yang benar.
b)   Pada waktu siswa bekerja mencari pemecahan, guru harus mengawasi dan menunggu untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk menyusun jawaban-jawaban mereka.
(1)      Umpan balik harus dapat membimbing siswa kepada masalah untuk menentukan jawaban yang tepat.
(2)      Guru harus menahan diri untuk tidak memilih jawaban-jawaban tertentu sebagai contoh. Sebab itu akan mendorong penjiplakan dan bukan pemecahan masalah secara individual.
Pembagian model-model pengajaran tersebut di atas pada hakikatnya bukan merupakan klasifikasi yang bersifat diskrit. Pengajaran yang didasarkan atas model komando pada suatu ketika memiliki kesamaan atau terjadi pada bentuk-bentuk pengontrolan guru pada saat pengajaran penemuan terbimbing atau pemecahan masalah.
Dalam pembelajaran, guru secara kreatif dapat memilih dan menerapkan satu atau lebih model. Dalam model pengajaran penemuan, misalnya, anak dapat diberikan keleluasaan untuk melakukan eksplorasi dengan atau tanpa bimbingan guru. Anak diajak berfikir mulai dari menemukan fakta-fakta yang bersifat khusus untuk membuat simpulan secara umum (model induktif).
Dalam kasus tertentu guru dapat berperan sebagai pusat proses belajar, mengontrol percepatan pelajaran. Guru memberikan suatu konsep atau teori yang bersifat umum, kemudian anak diminta untuk mencari fakta-fakta secara khusus (model deduktif). Dalam praktik pelaksanaan pembelajaran, suatu konsep atau keterampilan dapat diajarkan mulai dari global menuju ke bagian-bagian (parsial) atau sebaliknya dari parsial ke global.
Guru yang efektif akan mampu memilih dan menerapkan secara kreatif model-model pengajaran yang  tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi. Apapun model tersebut yang digunakan oleh guru hendaknya diperhatikan kesesuaian model tersebut dengan kondisi anak dan situasi lingkungan. Pemilihan model pengajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi lingkungan itu sering disebut model pengajaran refleksi atau dikenal dengan model pendekatan modifikasi.




Demikianlah Artikel Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK

Sekian dari kami, mudah mudahan artikel Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK, bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, sekian postingan dari kami . salam Ayo Hidup Sehat !! .

Anda sedang membaca artikel Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK dan artikel ini url permalinknya adalah https://pembelajaran-pjok.blogspot.com/2019/04/prosedur-gaya-gaya-mengajar-pjok.html
Artikel Pembelajaran PJOK Terbaru Lainnya kesehatan,Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK
Hidup sehat, sehat, sakit, penyakit,cara mengatasi, obat, kegunaan obat

0 Response to "Prosedur Gaya-gaya Mengajar PJOK"

Posting Komentar